Seri video game Need for Speed baru saja mengeluarkan edisi
terbarunya: Most Wanted (bukan, bukan Most Wanted yang ini). Nah, di kesempatan
ini, gue akan dengan senang hati memberikan pendapat gue tentang game tersebut...
kalau saja gue udah punya game-nya. Oleh karena itu, di postingan ini gue akan
me-review game dari seri Need for Speed yang mungkin udah bisa dibilang lama
*mendadak berasa tua* tapi sedang asik-asiknya gue mainin di laptop: Need for
Speed Prostreet.
Thursday, November 15, 2012
Wednesday, November 14, 2012
Hey, Blackout, Why Are You So... Black?
Oh. God. Why.
Baru beberapa menit setelah gue nge-post salah satu masalah
kecil di kosan ini, masalah kecil lainnya datang menghampiri.
Mati listrik. Atau yang biasa kita sebut dengan mati lampu,
padahal salah karena yang mati bukan hanya lampu melainkan seluruh barang yang
menggunakan listrik. Kalau begitu kenapa dari kecil kita diajarkan bahwa
kondisi dimana listrik itu tidak menyala dinamakan “mati lampu”? Hmmm...
Uh, oke, cukup pelajaran bahasa dari gue, kembali ke masalah
mati listrik/lampu.
Laptop. Hmmm... yang pasti gue harus menghemat penggunaan
laptop karena gak bisa di-charge. Oleh karena itu gue merasa agak beruntung
karena saat gue make laptop ini untuk nulis, masih ada kurang lebih 25% baterai
yang tersisa. Apa yang akan terjadi setelah baterai 25% ini habis? Itu dia yang
menjadi masalah.
Handphone. Dari awal gue ngekos di sini, koneksi emang udah
jadi masalah, terutama koneksi buat internetan lewat HP. FYI, hanya ada dua
provider yang koneksinya bagus di sini dan gue make salah satu dari provider
itu, tapi mahal. Banget. Jadinya gak bisa internetan lewat HP tapi seenggaknya
itu hal bagus karena mengehemat baterai HP sehingga masih ada hiburan di kala
gelap ini. Terus apa yang terjadi setelah baterai HP ini habis? Itu dia yang
menjadi masalah lagi.
Senter. Yak, ini dia penyelamat utama dari mati listrik
dengan cahayanya yang amat terang dan suci. Tapi kalo gue nyalain terus menerus,
senternya makin lama berasa makin panas
dan itu bukan hal yang baik, kan? Ya kan?
Lilin. Brengseknya, satu-satunya lilin yang gue punya cuma lilin
ulang tahun yang sangat amat teramat kecil dan dengan daya tahan yang amat
teramat sebentar. Belum lagi masalah harus di mana gue meletakkan lilinnya.
Piring? Males nyucinya. Langsung di lantai? Gak enak diliatnya.
Dan akhirnya otak pemalas gue mencetuskan suatu ide.
Menggunakan sobekan kertas sebagai tatakan lilin. Berhasil? Bisa dibilang iya,
bisa dibilang enggak. Iya, karena sisa-sisa lilinnya jadi lebih gampang
dibersihin. Enggak, karena lilinnya terkadang malah ngebakar kertas dan bikin
masalah baru berupa asap.
Selanjutnya gue ganti kertas dengan tissue basah dan...
malah membuat suatu masalah yang lebih besar yang sulit untuk dijelaskan di
sini.
Dan akhirnya gue pasrah dan menghabiskan waktu di dalam
kegelapan.
Jadi, intinya: Blackout sucks and isn’t supposed to happen.
Tuesday, November 13, 2012
Tummy Little Problem
Udah (kurang lebih) 3 bulan gue ada ngekos di sini. Sejauh
ini, ada satu masalah yang bisa dibilang kecil, tapi sangat mengganggu apalagi
dengan kebiasaan begadang gue yang amat brutal entah kenapa di daerah ini.
Dan masalah itu bernama... lapar.
Oke, sebetulnya gue
ada solusi untuk masalah ini: Mie cup. Tinggal tuang air panas dan... beres.
Tapi makin lama gue bosen dan juga gak sehat (walaupun bukan masalah karena usus
buntu gue udah diambil... eh, atau malah lebih masalah?).
Solusi kedua: Masak mie. Tapi masa mie lagi dan lagi? God...
Dan setelah tadi berbincang dengan temen gue, gue menemukan
sebuah solusi baru: Masak nasi goreng. Iya, masak. Bukan, ini bukan nasi goreng
yang di model abang-abang dimana semua bumbunya diracik sendiri, tapi nasi
goreng bermodal bumbu nasi goreng.
Masak nasi goreng.
Setelah gue pikir-pikir, mungkin ini sebuah solusi yang
tepat untuk (perut) gue.
Nasi? Beras ada, rice cooker ada, tinggal dimasak. *jangan lupa dicuci dulu berasnya*
Nasi? Beras ada, rice cooker ada, tinggal dimasak. *jangan lupa dicuci dulu berasnya*
Bumbu nasi goreng? Tinggal beli.
Mau pake sosis? Tinggal ambil punya orang beli.
Mau pake telor? Beli.
Mau pake kornet? Beli.
Perlengkapan makan? Piring, sendok, garpu? Udah punya.
Dan semua hal sepele terganggu hanya karena satu hal yang
gak bisa dibilang sepele.
Bukan, bukan rasa malas. Itu sih beda lagi. Tapi...
Gue. Belom. Pernah. Masak.
Oke, (untungnya) gak bisa dibilang belum pernah juga sih
karena udah pernah masak nugget, chicken wings, dan makanan siap saji
lainnya.
Tapi untuk masakan seperti nasi goreng yang biasanya cuma tinggal
beli akan menjadi suatu hal besar buat gue. Mungkin percobaan pertama gue akan
menghasilkan suatu nasi goreng gagal yang menyengat indera pengecap gue
sampai-sampai gue trauma dan gak mau makan nasi goreng lagi. Mungkin.
Tapi... yah, kita coba lihat saja nanti. Kalau di blog ini
ada postingan baru, berarti seenggaknya lo tau gue selamat dari makanan gue
sendiri.
Kalau enggak... ya... seenggaknya lo tau lah apa yang
terjadi.
Subscribe to:
Posts (Atom)