Di suatu desa, terdapat seorang anak laki-laki selalu menggembalakan
domba-domba milik ayahnya di dekat hutan yang berada tidak terlalu jauh dari
desa tempat tinggalnya. Saat merasa bosan, ia akan menghibur diri dengan bermain
bersama anjing milik keluarganya atau bermain musik dengan seruling miliknya.
Suatu hari, ia merasa teramat bosan dengan rutinitas yang dijalani.
Rasa bosan itu tidak dapat ia hilangkan hanya dengan bermain musik ataupun
bermain dengan anjingnya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah hutan yang gelap
dan mulai berimajinasi apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala
di hutan. Seketika ia mengingat apa yang dikatakan oleh ayahnya.
Ayahnya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala
menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan
orang-orang di desanya akan datang untuk membantunya.
Anak gembala itu
berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan
berteriak memanggil seluruh desa untuk datang membantunya.
Kemudian anak itu—sambil tertawa kecil, berlari ke arah desa
sambil berteriak sekeras-kerasnya, “Serigala! Serigala!”
Seperti yang dia harapkan, orang-orang desa yang
mendengarnya berteriak, bergegas meninggalkan pekerjaan yang sedang mereka
kerjakan, mengambil berbagai macam senjata yang mereka miliki, dan berlari ke
arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah
anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang
sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak,
"Serigala! serigala!", kembali orang-orang desa berlarian datang
untuk menolongnya, hanya untuk menemukan anak gembala yang sedang tertawa
terbahak-bahak lagi.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, anak itu
melakukan kebiasaannya kembali. Ia berlari ke tengah desa untuk berteriak
sekencang-kencangnya, “Serigala! Serigala!”
Seketika panah menembus leher anak itu.
Ternyata, penduduk desa sudah merasa bosan dengan kenakalan
yang ia lakukan. Tubuhnya yang sudah tidak bernyawa itu mereka seret ke dekat
hutan, untuk akhirnya ditinggalkan dengan darah yang masih mengalir dari
lehernya.
Keesokan harinya, saat seorang penduduk desa datang ke dekat
hutan untuk memeriksa kondisi tubuh anak tersebut, ia hanya menemukan genangan
darah dan jejak kaki beberapa ekor serigala.
Selesai.