“Ada gak sih orang yang benar-benar menikmati hari liburnya?”
Sebagai seseorang yang kurang bisa menikmati hari libur, gue
sering menanyakan pertanyaan tersebut.
Kenapa gue bisa sampai tidak bisa menikmati hari libur? Mari
gue kenalkan kepada apa yang orang-orang biasa sebut dengan “rutinitas” dan “pekerjaan
rumah/tugas”
Monday to Friday, Rinse, and Repeat
Hari libur ideal gue adalah hari hari dimana gue bisa
bersantai penuh tanpa memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Tapi karena rutinitas, gue jarang bisa merasakan liburan
yang benar-benar liburan.
Gue merasa sudah terjebak dalam rutinitas sejak SD. Bangun
pada Senin hari, dicekoki ini itu, pulang, ulangi, ulangi, ulangi, ulangi
dan... ulangi.
Sekolah, ekstrakulikuler, les, bimbel, semuanya tersusun
rapi untuk disentuh beberapa kali dalam satu minggu kemudian minggu depannya,
dan minggu depannya, dan minggu depannya, dan... minggu depannya.
Begitulah rutinitas. Jujur, gue salut dengan orang-orang
yang bisa melakukan hal yang (hampir) sama secara berulang-ulang di tempat yang
itu lagi itu lagi. Gue sendiri tidak terlalu mempersalahkan, hanya saja gue
takut membayangkan diri gue di masa depan terjebak sebuah rutinitas yang gue
kerjakan dengan terpaksa hanya karena gue mencari sesuap nasi. It scares me
indeed.
Pikiran itu juga yang terkadang membuat gue kurang bisa
menikmati liburan. Saat seharusnya gue bisa berleha-leha dengan santai di
kamar, secara tak sadar—akibat sudah tenggelam dalam rutinitas untuk waktu yang
terlalu lama—otak gue memikirkan jadwal yang ada di hari biasa. Akhirnya ada
sedikit ketidaktenangan. It is a small itch, but still a problem whatsoever.
Dan tahu apa yang lebih mengganggu selain rutinitas? Yup, pekerjaan
rumah/tugas.
Because There’s An “Ass” in “Assignment”
Rutinitas dan tugas, sebuah kombinasi yang mematikan—setidaknya
untuk bocah seperti gue.
Buat gue liburan merupakan waktu yang tepat untuk memainkan
PS3 (dan berbagai macam hal lainnya) yang jarang bisa gue sentuh.
Tapi tetap saja,
rutinitas mengejar kita melalui tugas. Menyebalkan, bukan?
Ya memang sih kalau gue menggunakan beberapa jam dari sekian
banyak jam di hari libur untuk mengerjakan tugas, (mungkin) saja tugas itu sudah
selesai sekarang. Tapi itu biarlah terjadi di semesta lain.
Shit... I think I’m just lazy.
Tapi hal tersebut ada sejarahnya. Mari gue bercerita tentang
sejarah diri gue sendiri.
Once Upon A Time...
Orang tua gue adalah jenis orang tua yang berangkat pada
pagi hari dan pulang pada malam hari. Pas kecil dulu biasanya gue dititipkan di
nenek (dari nyokap) untuk nanti bertemu mereka lagi saat mereka pulang. Saat
SD, SMP, dan SMA juga begitu, berangkat pagi bareng nyokap (karena kantor bokap
berbeda arah), pulang duluan, dan mereka baru pulang entah-jam-berapa.
Tapi ada yang gue perhatikan setiap mereka pulang: Mereka
gak pernah membawa pekerjaan mereka ke rumah. Saat di rumah, ya mereka ada
untuk bersantai-santai. Pekerjaan? Ya di tempat kerja.
Untuk beberapa orang mungkin ini hanya alasan, tapi untuk
gue, ini sebuah pengaruh yang sangat besar.
Holy Holiday
Pada akhirnya, kemungkinan terbesar liburan ini akan gue
habiskan dengan melakukan hal-hal yang jauh dari segala sesuatu yang berbau
akademis.
Mendiamkan tugas, bermain Metal Gear Rising: Revengeance,
dan kembali bertanya:
“Ada gak sih orang yang benar-benar menikmati hari liburnya?”
No comments:
Post a Comment