Segera tangannya berusaha meraih telepon genggam yang
seingatnya diletakkan dekat dengan dia.
Bukan, bukan untuk menyalakan koneksi internet agar bisa
melihat tulisan-tulisan terbaru di media sosial tempat ia bergabung.
“Jam 07.20.” gumamnya dalam hati dengan mengabaikan satu
panggilan tak terjawab.
Ia kemudian meraih remote tv yang ada tidak jauh darinya,
mengganti saluran satu-persatu hingga menemukan saluran televisi swasta.
Hujan. Berita terhangat yang dingin di televisi pada saat
itu dan juga keadaan di luar jendela.
Sejak kemarin.
Anak itu hanya ingin pulang. Tidak ada lagi hal yang perlu
dilakukan di tempat dia berada—setidaknya untuk sekarang.
Pulang. Kembali ke rumah. Tempat yang tidak bisa disamakan
dengan tempat tinggal.
Bukannya dia tidak suka dengan tempat yang ia tempati
sekarang, hanya saja ada yang berbeda dengan rumah.
Pulang.
Kembali ke rumah.
Pulang.
Tapi alam sedang ingin mengganggunya. Alam dan konsekuensi
tindakan manusia.
Tentu saja hal itu berpengaruh kepada anak tersebut. Berpengaruh,
bukan menghentikan keinginan anak tersebut.
Yah, singkat cerita, setelah pundak yang terasa akan patah,
kereta yang mengantri dan sakit kepala di dalam sedan dengan mesin penghitung
uang di dalamnya, ia sampai.
Ke tempat yang sedang sangat ia inginkan.
Untuk ditemani segelas coklat panas dan martabak manis.
No comments:
Post a Comment