SD kelas satu. Waktu itu (dan sampai sekarang) hobi gue
adalah menggambar. Kalau ditanya cita-citanya apa, gue waktu itu menjawab
mantap “Arsitek!”. Beberapa saat pernah juga menjawab dengan lantang “Mekanik!”
karena doyan ngotak-ngatik Tamiya (hahaha
I know, right?) dan berbagai macam mainan (bahkan benda) eletronik lainnya.
Berbeda lagi saat kelas lima SD. Pada pelajaran bahasa
Indonesia, pernah diberikan tugas untuk membuat komik. Komik yang waktu gue
beri judul “Kejahatan” dan berkisah tentang perampokan suatu bank yang akhirnya
digagalkan polisi mendapatkan nilai A- (hanya karena belum diwarnai), membuat
gue tertarik untuk menjadi seorang komikus atau animator.
Saat masuk SMP, cita-cita gue gak terlalu berubah, hanya
saja lebih terfokus dan yakin, yaitu menjadi seorang Character Designer.
Kingdom Hearts II. Roxas, seorang karakter ciptaan Tetsuya Nomura inilah yang
membuat gue tertarik untuk memilih pekerjaan tersebut. Hal tersebut memotivasi
gue untuk terus menggambar, menggambar, menggambar, dan terus menggambar.
Kemudian... ah, masa SMA. Masa dimana gue menanggalkan
cita-cita gue untuk menjadi seorang arsitek dan mekanik karea berhadapan dengan
kacrutnya sistem pendidikan. Apa lagi kalau bukan permasalahan pemilihan
jurusan (IPA, IPS, atau Bahasa). Masa dimana gue sejenak melupakan cita-cita
gue, tetapi tetap melanjutkan hobi yang sudah gue cintai sejak SD. Masa dimana
gue menyentuh permukaan “dunia nyata” dan fakta bahwa betapa kacrutnya “dunia
nyata” tersebut.
Lulus SMA dan—menyesuaikan dengan dunia perkuliahan—gue
menambah satu cita-cita lagi: jurnalis. Awalnya gue ingin menjadi seorang
jurnalis karena tertarik untuk mengantarkan suatu kebenaran pada orang banyak.
Selain itu gue juga suka menulis (blog ini contohnya). Tapi, di pertengahan
semester, gue menetapkan (setidaknya untuk saat ini) cita-cita gue: menjadi
seorang jurnalis video game.
Kenapa jurnalis video
game? Sederhana saja, gue ingin mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan
yang gue suka. Dan video game adalah
salah satu dari sekian banyak hal yang gue suka. Seenggaknya, kalau
pekerjaannya berat nanti, gue tetap semangat karena melakukan hal yang gue
suka. Dan dibayar. Begitulah.
Gue sangat anti untuk kerja di dalam sebuah cubicle, menuruti perintah satu arah
dari atasan, dan berbagai hal yang berhubungan dengan kerja kantoran. Gue ingin
mengerjakan suatu hal yang berbeda, mengerjakan apa yang gue suka, dibayar
untuk mengerjakan apa yang gue suka.
Untuk sekarang, segini aja dulu.