Suatu
hari di hari yang biasa saja...
Hei...
...
Hei...
...
...
...
HEI!!!
Gyaarrrgghhh-
Apa!? Siapa!? Apaan nih!?
Heh, akhirnya. Ini aku...
Ha? Siapa?
Otakmu, atau lebih tepatnya, kamu.
Ha? Gimana sih? Gak ngerti
Pokoknya, aku ini kamu yang merupakan
hasil pemikiran otak kamu yang tidak jelas itu...
... oh, oke.
Terus, mau ngapain?
Yah... mumpung lagi sedang tidak
melakukan apa-apa, ngobrol sedikit, yuk.
Hmmmm... boleh boleh... tapi, tentang apa?
Apa ya...
Apa... kamu yang ngajak, kamu yang ngasih ide...
Ah, gimana kalau kita ngomongin soal
cewek yang ada di otak kamu belakangan ini?
“Perempuan”.
Apa?
“Perempuan”, aku lebih suka menyebutnya seperti itu. Karena ”cewek”
terkesan... cengeng, dia jauh lebih
tinggi dari itu.
Ah, oke, terserah kamu.
Baiklah, jadi... apa yang mau dibicarakan tentang perempuan ini?
Sebetulnya aku masih penasaran bagaimana
caranya dia sampai bisa masuk ke dalam otak kamu...
Ekh? Kamu kan otak aku, berarti kamu itu aku yang berarti aku kamu dan berarti
otak kita-
Oke, stop, otak kita, sebut saja begitu.
Aku penasaran bagaimana dia bisa masuk ke otak kita.
Nah, itu dia, aku sendiri juga nggak tau bagaimana dia bisa masuk ke otak
kita.
Tunggu, memangnya kamu nggak punya arsip tentang itu?
Hmmmm... mungkin ada di suatu tempat di
dalam sini, tapi aku malas mencarinya...
Heh, kamu memang aku...
Tunggu, jadi kita gak tau kapan tepatnya dia masuk ke otak kita?
Yah... bisa dibilang begitu.
Baguslah, aku lebih suka seperti itu.
Oke oke, selanjutnya. Apa yang sebetulnya
membuat kamu senang dengan keberadaan dia?
Hmmmmm... Kamu tau rasa nyaman?
Nyaman? Perasaan yang kamu rasakan
setiap kamu tidur-tiduran di kasur atau sofa tanpa melakukan apa-apa itu?
Hahahaha... iya. Nah, itu dia, entah gimana, aku bisa merasakan hal seperti
itu dari dia, walaupun rasa nyaman yang aku dapat dari dia itu berbeda.
Berbeda... bagaimana?
Yah... *garuk-garuk kepala*
Sampai sekarang aku belum menemukan kata yang tepat buat hal ini sih...
Kamu mau aku mencarinya?
Apa? Kata yang tepat untuk hal ini?
Iya.
Jangan, tidak usah, lebih baik begini. Lagipula gak ada bedanya kan kalau hal
ini ada namanya atau tidak?
Yah... kau benar juga.
Jadi, ada pertanyaan selanjutnya?
Sebetulnya, seberapa hebat sih dia?
Hebat... hmmmmm...
Hayoooo, seberapa hebat dia?
Hebat, yah, pokoknya hebat. Sebagai contoh, kamu tau kan aku malas dengan
yang namanya matematika?
Tentu saja, aku kan kamu...
Hahaha... iya. Aku lanjutkan ya... Jadi, entah bagaimana caranya, dia bisa
menarik kenyataan dari dalam tubuh aku.
Kenyataan?
Iya, kenyataan, fakta bahwa sebetulnya kalau aku ini bisa mengerjakan
matematika, walaupun pas-pasan. Dia bisa menarik hal itu keluar seperti
partikel besi kecil yang tertarik keluar dengan paksa dari tumpukan pasir oleh
magnet yang kuat.
Kalau begitu, dia merubah kamu jadi
orang lain, dong?
Ha? Bukan, bukan begitu. Aku tetap merasa menjadi diri sendiri kok, dia hanya
membuat aku merasa lebih baik dari aku yang biasanya, itu saja.
Hooo... baguslah kalau begitu. Semakin
lama aku merasa perempuan semakin terdengar hebat.
Hehe...
Ada hal lain lagi yang mau kamu
ceritakan?
Ah, terlalu banyak kalau kamu bertanya seperti itu, lebih baik kamu
bertanya ke hal-hal yang lebih spesifik.
Kalau begitu... ah, soal fisik, ada yang
kamu suka dari dia?
Tentu saja ada, terutama 3 hal.
Tiga hal? Apa saja?
Susunan rambut di keningnya. Sepasang matanya terutama saat terkena sinar
matahari. Dan bibirnya yang kecil dan tipis itu terutama saat sedang membentuk
senyuman.
Bukankah semua itu juga dimiliki oleh
ce- maksudku, perempuan lain?
Ya memang, tapi dia berbeda... pokoknya berbeda...
Coba je-
Tidak, tidak bisa. Hal ini bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan mudah...
Intinya, hal ini seperti saat kamu melihat sesuatu yang membuat kamu tenang dan
tersenyum tiba-tiba tanpa alasan yang jelas...
Hooohh... Jadi intinya kamu suka dengan
ketidakjelasan yang ada di otak kita karena ketidakjelasan yang dia hasilkan?
Tentu, memangnya harus selalu jelas untuk bisa disukai?
Tentu saja tidak. Lagipula, dari awal
kita memang tidak jelas kan? *brofist*
Benar sekali! *brofist* Eh, omong-omong, sudah berapa pertanyaan yang kamu
tanyakan?
Entahlah, coba saja kamu lihat sendiri
dari awal...
Malas ah...
Sudah kuduga kamu akan menjawab seperti
itu.
Hehe... Eh, ada satu hal yang membuat aku penasaran...
Apa? Hal apa..?
Percakapan ini... fiktif kan?
Tentu saja, mana ada orang yang akan
percaya kalau kamu benar-benar berbicara dengan diri kamu sendiri.
Hooohh... tapi, bagaimana dengan isi percakapannya? Fiktif atau fakta?
Kalau itu...
Iya...
Coba cari tau saja sendiri *menghilang*
Fuck
No comments:
Post a Comment