...
Saturday, December 29, 2012
A Moment of Silence
Sunday, December 23, 2012
Pisau Taring
Serigala itu berjalan membentuk lingakaran.
Memperlihatkan taringnya dengan air liur menetes dari
mulutnya.
Matanya yang hitam gelap fokus kepada mangsanya.
Hanya dia dan mangsa.
Pemburu itu berdiam dalam lingkaran.
Memperlihatkan pisaunya dengan darah menetes dari ujungnya.
Matanya yang coklat tajam fokus kepada mangsanya.
Hanya dia dan mangsa.
Nafas yang terlihat di udara yang dingin.
Senjata yang siap digunakan.
Jejak pada salju.
Bulan bercahaya dengan terang.
Langit dengan lautan bintang.
Hanya untuk mereka berdua.
Sepasang makhluk kecil di alam semesta yang luas.
Monday, December 17, 2012
Hitam Putih
Dua buah bola.
Satu berwarna putih cerah.
Satu berwarna hitam gelap.
Di suatu ruang, hanya berdua.
Melewati waktu yang lamanya tidak bisa dijelaskan.
Suatu ketika, bola putih mengeluarkan sayap.
Ia bergerak, berputar, berputar, dan terus berputar mengelilingi
bola hitam.
Melihat bola putih yang dapat bergerak bebas, bola hitam
berusaha mengeluarkan sayap.
Tetapi gagal.
Ia mencobanya lagi.
Kembali gagal.
Gagal.
Gagal.
Gagal.
Perlahan-lahan bola putih semakin meninggi.
Meninggalkan bola hitam yang masih berusaha menumbuhkan
sayap.
Bola putih dengan riang terbang semakin tinggi.
Sedangkan bola hitam tidak mau ditinggalkan sendiri.
Bola hitam pun marah.
Ia mengeluarkan sulur dari tubuhnya tanpa sepengetahuannya.
Mengejar bola putih yang tinggi di atas.
Berusaha meraih.
Berusaha menangkap.
Berusaha menelan.
Apapun, agar mereka dapat kembali sejajar.
Kubus
Di sanalah aku dulu. Bersama mereka yang di dalam sana.
Di dalam kubus kaca tipis. Terpisah dari dunia luar.
Setiap mata yang lewat menyempatkan beberapa detik waktunya
untuk melihat ke dalam.
...
Ya, hanya melihat. Kemudian melanjutkan hidup mereka masing-masing.
Terkadang satu atau dua dari mereka berusaha meraih salah
satu dari kami.
Walaupun hanya sedikit yang berhasil.
Entah dapat dibilang beruntung atau tidak, aku adalah satu
dari kami yang berhasil diraih.
Keluar, berada di dunia luar.
Yang menurutku biasa-biasa saja.
Aku tetaplah aku. Makhluk kecil yang masih terjebak di suatu
kubus, walau bahkan kubus itu sudah tidak ada lagi...
...atau masih?
Entah.
Saturday, December 15, 2012
"Lisan Saja Tidak Cukup"
Pada tanggal 14 Desember 2012 kemarin, dJATINANGOR (Lembaga
Penerbitan Pers Mahasiswa di Fikom) mengadakan suatu workshop dengan tema
“Eksis di Dunia Maya Berbasis Jurnalisme” dengan narasumber dari TEMPO. Buat
gue, ini adalah suatu seminar yang gue ikuti (secara sukarela) untuk pertama
kalinya. Alasannya pun tak lain dan tak bukan karena pada semester tiga nanti,
gue akan memilih jurnalistik. Jadi, bagaimana acaranya?
Let's do this |
Untuk jadwalnya, pada pukul 14.00 gue udah bisa masuk ke
dalam ruangan dengan memberikan tiket yang dibeli dengan harga sebesar Rp15.000
dengan angket kecil serta snack. Acaranya sendiri baru dibuka oleh sepasang
MC pada jam dua lewat beberapa menit.
Moodbooster it is |
Setelah berbasa-basi untuk beberapa menit, akhirnya acara
masuk ke sesi pertamanya, yaitu... penampilan musik. Oke, pada awalnya, gue gak
ngira bakal ada musik di suatu seminar, tapi setelah membawakan tiga lagu,
ternyata sesi ini efektif juga untuk membangkitkan mood peserta seminar yang menurut gue mungkin pada ngantuk karena
udaranya yang dingin akibat ruangan yang ber-AC dan di luar sedang hujan deras.
”Jika ingin media Anda dilirik orang, tulislah yang tidak ada di media massa” |
Selanjutnya, sekitar pukul 15.00 diberikan sambutan oleh
pemimpin umum dJATINANGOR dan pembina UKM tersebut. Bapak pembina (yang gue lupa catat siapa
namanya) memberikan pendapatnya mengenai pers mahasiswa pada jaman sekarang.
Menurutnya, masalah klasik pers mahasiswa yang sudah ada dari dulu adalah
tempo: Tempo-tempo terbit, tempo-tempo tidak. Beliau mengatakan kalau
masalahnya bukan pada uang, melainkan pada pengelolanya. Jika pengelolanya bisa
mengatur pembagian waktu kuliah dengan menulis berita, maka tidak akan ada
masalah pada penerbitannya. Selain itu, beliau menekankan pada eksklusivitas
berita yang disajikan, ”Jika ingin media Anda dilirik orang, tulislah yang
tidak ada di media massa”. Terakhir, beliau berpendapat bahwa makalah, tesis,
dan disertasi mahasiswa dan dosen yang ada di Unpad banyak yang bagus tetapi
tidak dilirik wartawan luar, kenapa tidak mengangkatnya?
Gue cuma kenal yang paling kanan |
Setelah diberikan sambutan, tiga awak dJATINANGOR maju ke
depan untuk menjelaskan apa itu online journalism pada peserta sekaligus meluncurkan
website mereka yaitu www.djatinangor.com. Sesuai namanya, online journalism
adalah suatu kegiatan jurnalistik yang hasilnya didistribusikan di melalui
internet. Kelebihan dari online journalism sendiri adalah bisa memiliki audio +
video—yang sampai saat ini belum bisa dilakukan pada media cetak, lebih aktual
karena bisa di-update kapan saja, tidak hanya sekilas seperti berita-berita
yang disajikan pada televisi atau radio, dan para pembaca dapat berpartisipasi
pada komentar ataupun forum yang ada pada web tersebut.
Mengenai website dJATINANGOR, kita sebagai mahasiswa Unpad
dapat mengirimkan berita, opini, atau review ke e-mail info@djatinangor.com
atau redaksi@djatinangor.com.
Acara inti |
Masuk ke acara inti, segmen ini dibawakan oleh seorang dosen
Mankom (Manjemen Komunikasi), Bapak S Kunto Adi Wibowo dengan narasumber Kepala
Biro TEMPO Jabar-Banten, Ibu Eni Saheni.
Ibu Eni menjelaskan bagaimana pertumbuhan online di
Indonesia terus meningkat. Pengguna internet, penjualan smatphone dan tablet PC
yang terus bertambah setiap tahunnya. Itulah pasar yang ada di luar sana, hal
itu jugalah yang menurut dia membuat online journalism sebuah prospek yang amat
baik untuk diambil.
Beliau kemudian menjelaskan bagaimana pesatnya pertumbuhan
website TEMPO. Tempo.co (yang pada awalnya bernama TEMPO Interaktif) merupakan
portal berita pertama yang muncul pada tahun 1994. Website tersebut beru
dibenahi pada tanggal 17 Agustus 2008. Sejak itu, pengunjung website tersebut
terus mengalami peningkatan. Beliau juga mengatakan bahwa masa depan TEMPO
berada pada iOS, Android, serta Blackberry.
Terakhir, beliau menjelaskan apa saja yang diperlukan
dJATINANGOR dalam menghadapi persaingan media online:
- Siapa yang paling cepat memberitakan?
Dengan cepatnya arus informasi sekarang ini, perbedaan waktu yang hanya beberapa menit dapat menentukan website mana yang lebih diminati.
Dengan cepatnya arus informasi sekarang ini, perbedaan waktu yang hanya beberapa menit dapat menentukan website mana yang lebih diminati.
- Berita mana yang lebih kredibel?
Lebih cepat tidaklah cukup, karena dari itu konfirmasi diperlukan terutama jika berita yang dikeluarkan dapat berpengaruh terhadap ketakutan suatu daerah. Beliau memberi contoh antara tempo.co dengan portal berita lainnya dalam menangani masalah kemungkinan tsunami di Papua beberapa tahun lalu, diperlihatkan suatu portal berita memberitakan bahwa daerah Papua akan terkena tsunami sedangkan tempo.co terlebih dahulu mengkonfirmasikan keadaan yang ada kemudian memberitakan bahwa Papua tidak terkena tsunami.
Lebih cepat tidaklah cukup, karena dari itu konfirmasi diperlukan terutama jika berita yang dikeluarkan dapat berpengaruh terhadap ketakutan suatu daerah. Beliau memberi contoh antara tempo.co dengan portal berita lainnya dalam menangani masalah kemungkinan tsunami di Papua beberapa tahun lalu, diperlihatkan suatu portal berita memberitakan bahwa daerah Papua akan terkena tsunami sedangkan tempo.co terlebih dahulu mengkonfirmasikan keadaan yang ada kemudian memberitakan bahwa Papua tidak terkena tsunami.
-Lebih Memikat?
Tampilan suatu portal berita juga akan berpengaruh pada tingkat akses website tersebut. Semakin menarik maka semakin banyak pula yang akan mengaksesnya.
Tampilan suatu portal berita juga akan berpengaruh pada tingkat akses website tersebut. Semakin menarik maka semakin banyak pula yang akan mengaksesnya.
-Lebih Dalam?
Dalam membahas suatu peristiwa, bahaslah dari awal hingga akhir.
Dalam membahas suatu peristiwa, bahaslah dari awal hingga akhir.
Sesi paling akhir adalah sesi tanya jawab. Sayangnya, gue
gak mencatat apa saja pertanyaan yang ditanyakan sehingga gak bisa
menuliskannya di sini dengan baik. Karena itu gue memutuskan untuk gak gue
tulis di sini. Sorry.
Dan acara pun berakhir, overall gue puas dengan acara yang
gue datangi ini. Gue dapet info + sertifikat yang pastinya akan berguna suatu
saat nanti.
Dan acara pun selesai |
Thursday, December 13, 2012
Freeware for Today: Iji
Oke, oke, di kesempatan kali ini—walaupun seharusnya gue
memprioritaskan makalah PKn—gue akan memperkenalkan kalian dengan sebuah game
freeware (sebuah software tapi gratis, ini beneran gratis bukan “gratis”). Nama
freeware tersebut adalah... Iji.
Tuesday, December 4, 2012
What Will You Tell Them?
Ada pertanyaan dari dosen gue tadi pagi dan sampai saat gue
menulis ini, belum bisa menemukan jawabannya.
Inti pertanyaannya kira-kira begini:
Thursday, November 15, 2012
Need for Speed Prostreet, A (Very) Late Review
Seri video game Need for Speed baru saja mengeluarkan edisi
terbarunya: Most Wanted (bukan, bukan Most Wanted yang ini). Nah, di kesempatan
ini, gue akan dengan senang hati memberikan pendapat gue tentang game tersebut...
kalau saja gue udah punya game-nya. Oleh karena itu, di postingan ini gue akan
me-review game dari seri Need for Speed yang mungkin udah bisa dibilang lama
*mendadak berasa tua* tapi sedang asik-asiknya gue mainin di laptop: Need for
Speed Prostreet.
Wednesday, November 14, 2012
Hey, Blackout, Why Are You So... Black?
Oh. God. Why.
Baru beberapa menit setelah gue nge-post salah satu masalah
kecil di kosan ini, masalah kecil lainnya datang menghampiri.
Mati listrik. Atau yang biasa kita sebut dengan mati lampu,
padahal salah karena yang mati bukan hanya lampu melainkan seluruh barang yang
menggunakan listrik. Kalau begitu kenapa dari kecil kita diajarkan bahwa
kondisi dimana listrik itu tidak menyala dinamakan “mati lampu”? Hmmm...
Uh, oke, cukup pelajaran bahasa dari gue, kembali ke masalah
mati listrik/lampu.
Laptop. Hmmm... yang pasti gue harus menghemat penggunaan
laptop karena gak bisa di-charge. Oleh karena itu gue merasa agak beruntung
karena saat gue make laptop ini untuk nulis, masih ada kurang lebih 25% baterai
yang tersisa. Apa yang akan terjadi setelah baterai 25% ini habis? Itu dia yang
menjadi masalah.
Handphone. Dari awal gue ngekos di sini, koneksi emang udah
jadi masalah, terutama koneksi buat internetan lewat HP. FYI, hanya ada dua
provider yang koneksinya bagus di sini dan gue make salah satu dari provider
itu, tapi mahal. Banget. Jadinya gak bisa internetan lewat HP tapi seenggaknya
itu hal bagus karena mengehemat baterai HP sehingga masih ada hiburan di kala
gelap ini. Terus apa yang terjadi setelah baterai HP ini habis? Itu dia yang
menjadi masalah lagi.
Senter. Yak, ini dia penyelamat utama dari mati listrik
dengan cahayanya yang amat terang dan suci. Tapi kalo gue nyalain terus menerus,
senternya makin lama berasa makin panas
dan itu bukan hal yang baik, kan? Ya kan?
Lilin. Brengseknya, satu-satunya lilin yang gue punya cuma lilin
ulang tahun yang sangat amat teramat kecil dan dengan daya tahan yang amat
teramat sebentar. Belum lagi masalah harus di mana gue meletakkan lilinnya.
Piring? Males nyucinya. Langsung di lantai? Gak enak diliatnya.
Dan akhirnya otak pemalas gue mencetuskan suatu ide.
Menggunakan sobekan kertas sebagai tatakan lilin. Berhasil? Bisa dibilang iya,
bisa dibilang enggak. Iya, karena sisa-sisa lilinnya jadi lebih gampang
dibersihin. Enggak, karena lilinnya terkadang malah ngebakar kertas dan bikin
masalah baru berupa asap.
Selanjutnya gue ganti kertas dengan tissue basah dan...
malah membuat suatu masalah yang lebih besar yang sulit untuk dijelaskan di
sini.
Dan akhirnya gue pasrah dan menghabiskan waktu di dalam
kegelapan.
Jadi, intinya: Blackout sucks and isn’t supposed to happen.
Subscribe to:
Posts (Atom)