Thursday, April 4, 2013

Beauty, Argument, & #UrusAjaUrusanLo

Disclaimer: Apa yang ada di posting-an ini merupakan hasil pikiran gue (yang sok tau) tanpa riset sedikitpun. Jika ada kesalahan fakta, berarti gue butuh lebih belajar lagi. Hal tersebut juga menunjukkan kalau gue tidak sempurna karena memang, kesempurnaan hanya milik Allah SWT #SPON

Twitter memang bukan tempat yang bisa dibilang tepat untuk mengeluarkan suatu pendapat yang berujung pada suatu debat. Keterbatasan 140 karakter (gue gak menggunakan twitlonger atau sejenisnya) merupakan sebuah kendala utama jika ingin berdebat di Twitter.

Posting-an ini hanya sekedar iseng sekaligus untuk menyimpan kenangan gue berdebat di Twitter yang satu ini.

But if you're offended, then I'm not responsible, you're the one who choose to be offended.




Semua bermula dari tweet gue yang satu ini:

Jangan pada lupa untuk follow gue, yak!

Tweet ini merupakan bentuk kekesalan gue terhadap mayoritas cewek di Indonesia yang ingin cantik, dimana pengertian "cantik" mereka terbatas pada "kulit yang putih". Buat gue itu teramat bodoh. Kenapa? Karena--seperti tertulis di atas--kita tinggal di daerah tropis yang berarti cahaya matahari yang kita dapat lebih banyak dibanding negara-negara di daerah lain.

Selain itu, jika dilihat dari keturunan (kecuali memang ada keturunan Eropa), maka agaknya mustahil untuk mendapatkan kulit yang putih.

Dan yang terakhir, "cantik" di sini biasanya digambarkan oleh iklan-iklan "produk kecantikan" di televisi yang mendikte penontonnya tentang yang cantik itu yang seperti apa serta cewek-cewek "cantik" yang ada di kover majalah.

Tidak berapa lama kemudian, gue mendapatkan sebuah respon:


Aku disapa! Aaaakkk!

Yang kemudian gue balas dengan:



Ya karena, jujur aja, menurut gue definisi "cantik" yang kita punya itu dibentuk oleh media. Entah bagaimana caranya, mindset membentuk suatu kesimpulan bahwa "yang cantik itu adalah yang diperlihatkan oleh seseorang yang ada di iklan". Dan pada abad ini, yang "cantik" itu biasanya digambarkan oleh seorang perempuan dengan tubuh kurus yang terkadang terlalu kurus.

Coba bandingkan dengan iklan jaman baheula ini:


Funny, eh?
Dan artis jaman baheula ini:

If you know this lady, then you're old. Just like me
 
Memang ada banyak faktor lainnya, tapi bisa disimpulkan kalau--sadar atau tidak sadar--media merupakan suatu bentuk kekuatan yang besar yang dapat mengubah cara berpikir kita.



Kembali ke debat yang ada di Twitter. Setelah argumen balasan, gue mendapat sanggahan dari pacar sang lawan argumentasi pertama gue:




Untuk kemudian gue balas dengan:


I stand corrected
Dan dibalas dengan:

Bang~

Untuk gue balas lagi dengan:

 

Dilanjutkan dengan berondongan argumen ini:





Oke, kita bahas dulu sebentar.

"Lah ngapain lo ngebatas2in orang?" Kalau dari cara gue ngomong, mungkin terkesan kalau gue yang membuat batasan, tapi coba gue kasih contoh: Seorang cewek dari Afrika mau berubah menjadi seorang cewek, katakan saja, Jepang. Berarti dari kulit, struktur tulang, posisi mata, ukuran hidung, semuanya harus diubah. Mustahil gak, sih? Gak juga, karena ada yang namanya operasi plastik, pemutihan kulit, dan lain-lain. Kulit, struktur tulang, dan sejenisnya gue sebut sebagai "batasan" dan operasi dan lain-lainnya itulah yang gue sebut sebagai "kebodohan". Berusaha untuk menjadi orang lain yang bukan diri mereka, mengubah sesuatu yang mereka dapat dari keturunan, hal itulah yang gue sebut "bodoh".

"...pake kosmetik, dan karena itu dia jadi lebih pede..." Salah? Buat gue iya. Berarti dia gak merasa bangga dengan kecantikan yang ia miliki dari lahir. As simple as that.

Untuk argumen yang lain sengaja gue gak balas karena gue gak tahu mau balas apa sudah out of topic. 

Akhirnya, debat ditutup dengan dua tweet berikut:

#UrusAjaUrusanLo

"...penting bgt lo ngurusin ginian." Well, I simply want to share my thought on Twitter, nothing's wrong with it and that's what people do on Twitter, right? Sharing thought and stuff? Maybe I went too far by saying people "stupid", but I have my own reason to back up my statement. 

"Urus aja urusan lo, ngapain dah ngurusin hidup orang kaya lo udah bener aje" Dengan logika seperti ini, berarti kita baru bisa mengurusi hal lain--pemerintahan Indonesia, misalnya--setelah hidup kita "benar". Tapi, definisi "benar" itu sendiri yang seperti apa?

Sebetulnya gue hanya ingin cewek-cewek berhenti ingin menjadi seseorang yang bukan dirinya, terlebih lagi kalau mereka menginginkan cowok yang "mau menerima gue apa adanya" karena pada akhirnya:

...especially when there's no media involved

Well, that's it! My statement, the argument, and how I got my own hashtag in this one hell of a post. Thanks for reading!









p.s. Yeah, I'm an ass. 
 

No comments:

Post a Comment