Saturday, March 30, 2013

How Holy Is You Holiday?



“Ada gak sih orang yang benar-benar menikmati hari liburnya?”

Sebagai seseorang yang kurang bisa menikmati hari libur, gue sering menanyakan pertanyaan tersebut.

Kenapa gue bisa sampai tidak bisa menikmati hari libur? Mari gue kenalkan kepada apa yang orang-orang biasa sebut dengan “rutinitas” dan “pekerjaan rumah/tugas”



Monday to Friday, Rinse, and Repeat

Hari libur ideal gue adalah hari hari dimana gue bisa bersantai penuh tanpa memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Tapi karena rutinitas, gue jarang bisa merasakan liburan yang benar-benar liburan.

Gue merasa sudah terjebak dalam rutinitas sejak SD. Bangun pada Senin hari, dicekoki ini itu, pulang, ulangi, ulangi, ulangi, ulangi dan... ulangi.

Sekolah, ekstrakulikuler, les, bimbel, semuanya tersusun rapi untuk disentuh beberapa kali dalam satu minggu kemudian minggu depannya, dan minggu depannya, dan minggu depannya, dan... minggu depannya.

Begitulah rutinitas. Jujur, gue salut dengan orang-orang yang bisa melakukan hal yang (hampir) sama secara berulang-ulang di tempat yang itu lagi itu lagi. Gue sendiri tidak terlalu mempersalahkan, hanya saja gue takut membayangkan diri gue di masa depan terjebak sebuah rutinitas yang gue kerjakan dengan terpaksa hanya karena gue mencari sesuap nasi. It scares me indeed.

Pikiran itu juga yang terkadang membuat gue kurang bisa menikmati liburan. Saat seharusnya gue bisa berleha-leha dengan santai di kamar, secara tak sadar—akibat sudah tenggelam dalam rutinitas untuk waktu yang terlalu lama—otak gue memikirkan jadwal yang ada di hari biasa. Akhirnya ada sedikit ketidaktenangan. It is a small itch, but still a problem whatsoever.

Dan tahu apa yang lebih mengganggu selain rutinitas? Yup, pekerjaan rumah/tugas.


Because There’s An “Ass” in “Assignment”

Rutinitas dan tugas, sebuah kombinasi yang mematikan—setidaknya untuk bocah seperti gue.
Buat gue liburan merupakan waktu yang tepat untuk memainkan PS3 (dan berbagai macam hal lainnya) yang jarang bisa gue sentuh.

Tapi tetap saja, rutinitas mengejar kita melalui tugas. Menyebalkan, bukan?

Ya memang sih kalau gue menggunakan beberapa jam dari sekian banyak jam di hari libur untuk mengerjakan tugas, (mungkin) saja tugas itu sudah selesai sekarang. Tapi itu biarlah terjadi di semesta lain.

Shit... I think I’m just lazy.

Tapi hal tersebut ada sejarahnya. Mari gue bercerita tentang sejarah diri gue sendiri.


Once Upon A Time...

Orang tua gue adalah jenis orang tua yang berangkat pada pagi hari dan pulang pada malam hari. Pas kecil dulu biasanya gue dititipkan di nenek (dari nyokap) untuk nanti bertemu mereka lagi saat mereka pulang. Saat SD, SMP, dan SMA juga begitu, berangkat pagi bareng nyokap (karena kantor bokap berbeda arah), pulang duluan, dan mereka baru pulang entah-jam-berapa.

Tapi ada yang gue perhatikan setiap mereka pulang: Mereka gak pernah membawa pekerjaan mereka ke rumah. Saat di rumah, ya mereka ada untuk bersantai-santai. Pekerjaan? Ya di tempat kerja.

Untuk beberapa orang mungkin ini hanya alasan, tapi untuk gue, ini sebuah pengaruh yang sangat besar.

Holy Holiday

Pada akhirnya, kemungkinan terbesar liburan ini akan gue habiskan dengan melakukan hal-hal yang jauh dari segala sesuatu yang berbau akademis.

Mendiamkan tugas, bermain Metal Gear Rising: Revengeance, dan kembali bertanya:

“Ada gak sih orang yang benar-benar menikmati hari liburnya?”

No comments:

Post a Comment