Sunday, July 21, 2013

Random thoughts (and questions) in sunny Sunday



Kira-kira makhluk menyedihkan macam apa ya, yang memulai ospek/MOS/legal bullying sebagai ajang lucu-lucuan (yang tidak lucu)?

Kira-kira makhluk menyedihkan macam apa ya, yang menggunakan ospek/MOS/legal bullying sebagai ajang balas dendam?

Kasihan.



Gue gak suka legal bullying, jelas. Tapi kalau dilihat-dilihat lagi, sebetulnya yang gue gak suka (baca: benci) adalah isinya.

Berusaha merendahkan orang lain dengan alasan “bekal di dunia kerja nanti”.

Berusaha merendahkan orang lain dengan alasan “solidaritas”.

Meneriakkan yel-yel  cheesy  yang... entah apa tujuannya.

Berusaha menyamakan semua mahasiswa baru yang jelas-jelas berbeda satu sama lain (lebih ironis lagi, fakultas tempat gue menimba ilmu adalah fakultas yang banyak membahas bagaimana perbedaan seseorang dengan orang lain dalam berkomunikasi).



Anak baru melihat petugas  legal bullying sebagai sesuatu yang harus mereka capai... dan gue gak mengada-ada, memang ada kok orang yang melihat teriakkan Danlap (komandan lapangan) pada hari pelaksanaan legal bullying sebagai sesuatu yang keren. Entah apa yang ada di pikiran mereka.

Anak baru tersebutpun berganti kulit, menjadi petugas  legal bullying. Mengulangi hal yang sama. Lagi dan lagi. Dan lagi.

Akhirnya? Terjadilah siklus yang sama berulang-ulang, atau yang beberapa orang sebut sebagai “lingkaran setan”.



Kemudian, guru/dosen yang ada di sekolah/kampus tersebut. Kenapa mereka mengizinkannya, ya?

Agar murid/mahasiswa ada kegiatan? 

Karena mereka dibohongi saat diberikan proposal kegiatan?

Entahlah.



Well, gue yakin di luar sana, ada ospek yang benar-benar ospek. Yang benar-benar membantu mahasiswa baru mengenal lingkungan serta sistem yang ada di dalamnya, tanpa berusaha merendahkan.

Tapi (sayangnya) sejauh ini, yang gue temui adalah legal bullying.

Well, maybe someday.




p.s. merasa tersinggung—tidak seperti beragama di negara ini—merupakan pilihan, jadi, misal, kalau saja, saat membaca postingan ini ada yang merasa tersinggung, maka diri sendirilah yang memilih untuk merasa tersinggung. Alasan? Memang.

Sekian.

No comments:

Post a Comment