Saturday, March 2, 2013

Anak Penggembala dan Serigala



Di suatu desa, terdapat seorang anak laki-laki selalu menggembalakan domba-domba milik ayahnya di dekat hutan yang berada tidak terlalu jauh dari desa tempat tinggalnya. Saat merasa bosan, ia akan menghibur diri dengan bermain bersama anjing milik keluarganya atau bermain musik dengan seruling miliknya.

Suatu hari, ia merasa teramat bosan dengan rutinitas yang dijalani. Rasa bosan itu tidak dapat ia hilangkan hanya dengan bermain musik ataupun bermain dengan anjingnya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah hutan yang gelap dan mulai berimajinasi apa yang harus dilakukannya apabila dia melihat serigala di hutan. Seketika ia mengingat apa yang dikatakan oleh ayahnya.

Ayahnya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang di desanya akan datang untuk membantunya.

 Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil seluruh desa untuk datang membantunya.

Kemudian anak itu—sambil tertawa kecil, berlari ke arah desa sambil berteriak sekeras-kerasnya, “Serigala! Serigala!”

Seperti yang dia harapkan, orang-orang desa yang mendengarnya berteriak, bergegas meninggalkan pekerjaan yang sedang mereka kerjakan, mengambil berbagai macam senjata yang mereka miliki, dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya. Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu orang-orang sekampung.

Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali orang-orang desa berlarian datang untuk menolongnya, hanya untuk menemukan anak gembala yang sedang tertawa terbahak-bahak lagi.

Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, anak itu melakukan kebiasaannya kembali. Ia berlari ke tengah desa untuk berteriak sekencang-kencangnya, “Serigala! Serigala!”

Seketika panah menembus leher anak itu.

Ternyata, penduduk desa sudah merasa bosan dengan kenakalan yang ia lakukan. Tubuhnya yang sudah tidak bernyawa itu mereka seret ke dekat hutan, untuk akhirnya ditinggalkan dengan darah yang masih mengalir dari lehernya.

Keesokan harinya, saat seorang penduduk desa datang ke dekat hutan untuk memeriksa kondisi tubuh anak tersebut, ia hanya menemukan genangan darah dan jejak kaki beberapa ekor serigala.

Selesai.

No comments:

Post a Comment